Kesukaan

NONTON WAYANG KULIT


Malam minggu kemarin kami sekeluarga nonton wayang kulit , yang diselenggarakan di balai desa dekat rumah. Rasanya sudah lama sekali ga pernah lagi nonton pagelaran wayang seperti ini. Dulu semasa kecil aku sering di ajak Mbah Kakung atau Bapaku nonton wayang kulit di alun – alun atau di Kantor Kelurahan,  pada masa itu memang masih suatu tontonan yang paling di tunggu – tunggu oleh warga setempat.

panggung sebelum pertunjukan wayang di mulai

Meski aku tak begitu paham dengan pewayangan, tetapi sampai di sana ada rasa kangen yang terobati begitu mendengar alunan gending – gending yang selaras dan menentramkan hati itu. Mungkin terdengar aneh ya…kok bisa menyukai wayang, padahal ga paham betul tentang wayang.. hahaha.Mungkin karena kebiasaan dari kecil dulu sering di ajak nonton wayang dan mendengarkan siaran langsung pertunjukan wayang di   radio. Entahlah yang jelas aku bisa menikmati jalan ceritanya. Sayang sekali, yang kemarin malam Minggu itu ga sampai selesai alias ga sampai tancep kayon ,karena anak – anak keburu ngantuk dan  minta pulang.Padahal harusnya semalam suntuk kalau mau tahu akhir cerita.

barisan wayang prajurit pada sebelah kiri layar
( bs, jawa : bala kiwa )

penabuh gamelan
( bs.jawa : niyaga )

Kemarin tuh, mengambil cerita Pendowo Kumpul, menceritakan satriya – satriya  Pendowo yang terdiri dari ; Puntadewa, Werkudara, Janaka, dan si kembar Nakula, Sadewa, yang kesemuanya  mempunyai sifar berbudi luhur, bijaksana dan berani membela kebenaran.

Dalang memainkan wayang
( bs.jawa : sabetan )

tampak bayangan wayang di lihat dari belakang layar
( bs.jawa: bayangane wayan yen di delok seko mburi kelir )

Eh teman – teman blogger, ada  yang suka nonton wayang kulit juga ? Boleh dong berbagi cerita denganku.. 🙂

Catatan :

Mbah Kakung  = Kakek

Gending – gending = irama yang dihasikan dari gamelan

Tancep kayon =  akhir cerita dengan menancapkan wayang berbentuk gunung

Pendowo Kumpul = Pendawa Berkumpul