” Jadi, kamu tetap menolak aku jemput, Arini ?” , desak Sam laki – laki paruh baya itu setengah memaksa.
” Tidak, untuk sore ini Sam ,” hela Arini seraya memandang jauh ke tengah jalan raya di depanya.
” Kamu, tetap tak akan memaafkanku, Arini ? ”
” Ini adalah penolakanmu yang ke sekian puluh kali sejak aku kembali ke kota ini “.
” Sekali saja, Arini, aku mohon, sekali ini saja “, hiba Sam menatap lekat wajah Arini.
Tanpa menunggu jawaban Arini, di tariknya tangan wanita berhati lembut yang semakin mempesona dalam kematangan usia, masuk ke dalam mobil hitam berplat luar kota. Deras gerimis di luar mengiringi laju mobil yang membawa Arini ke lamunan masa silam. Sayup terdengar lagu kesukaan semasa masih bersama Sam, kekasih hati yang bertemu di kampus tercinta, yang kemudian dengan niat suci melangsungkan pernikahan, hingga membuahkan dua mutiara hati yang kini beranjak remaja, Gibran dan Ata, buah cinta kami.
” Arini, kamu melamun ?”
” Sengaja aku memutarkan lagu ini buatmu, ingatkah kamu saat itu, kamu terlihat begitu bahagia ketika aku memainkan gitar dan menyanyikan lagu ini untukmu?”
Sam, tak tahukah dirimu, betapa aku sudah lama melupakan lagu ini, membenamkanya dalam – dalam ke kubangan masa silam yang memedihkan itu. Betapa aku lebih mementingkan masa depan anak – anak daripada bernyanyi – nyanyi yang lebih mematahkan hati. Empat belas tahun bukan waktu yang pendek buat aku, yang sendirian menanggung beban hidup bersama anak – anakmu Sam.
Apalagi sebelumnya aku tak pernah sekalipun mempunyai pengalaman kerja, kecuali hanya mempunyai selembar ijasah sarjana yang juga belum pernah sekalipun aku pergunakan untuk melamar pekerjaan. Betapa hidup terasa berat tanpa kamu Sam, sejak selembar surat cerai itu tiba di rumah orang tuaku dulu. Ironisnya kamu tak pernah memberiku kesempatan untuk datang dan membela diri di persidangan cerai kita ? Kenapa Sam ? Sebegitu teganya hatimu terhadapku ? Kemana nuranimu saat itu ?
Sekarang, kamu berada di sampingku Sam, kemana rasa pongahmu ? Yang selama ini selalu kamu tunjukan lewat media sosialmu itu, kamu tahu Sam, Gibran bukan anak kecil lagi, dia membaca semua yang tertera dalam layar sosial mediamu itu. Rumah mewahmu, mobil barumu, cerita indahmu berkunjung ke negara satu ke negara lainya, bersama keluarga barumu makan malam di restoran satu ke restoran lainya, tak sadarkah dirimu Sam, betapa itu teramat sangat menyakitkan bagi Gibran, darah dagingmu sendiri, yang tumbuh menjadi anak yang berpikir lebih dewasa dari usianya. Dia anak yang sangat baik dan pandai bersyukur dengan hidupnya yang sangat sederhana di kampung bersamaku.
” Lihat Arini, ada pelangi di ujung sana, indah ya ?”
” Mungkin itu isyarat buat hidup kita, buat anak – anak kita, Gibran dan Ata. ”
” Indah bersatu penuh warna, kamu mau kan Arini ?”
” Aku ingin menebus semua kesalahanku Arini, aku mohon kamu bisa menerimaku kembali “.
Belum selesai Sam melanjutkan kalimatnya, terdengar benturan teramat keras memekakan telingaku. Yang kurasakan hanya darah mengucur deras dari balik kerudung putihku. Di menit berikutnya langit terasa gelap, hitam pekat. Lambat laun seberkas cahaya putih di ujung langit memancarkan seraut wajah cantik mendiang nenekku yang tersenyum lembut menyambut kedatanganku.
“Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma.”
# Note : Gbr di ambil dari sini
# Note : Jumlah kata : 500
semoga menang GA nya mbak lies 🙂
•‧::‧• ♥♏ªƙªsίђ♥ •‧::‧• Doamu Izz…
Mana ceritamu ? Ayo ikut lagi…
Weits, nggak nyangka..
😀
Gak nyangka opo ? :p
Nyaingi aku ternyata…
😀
Lah kan aku belajar seko dirimu, Cah ayu… 🙂
Lanjutkan…
Semoga menang ya… 😉
Matur nuwun doamu, Ra…mugo2 makbul 🙂
semoga sukses ini GAnya
Amiin YRAَ.
Makassih kunjunganya.
Kemana nuranimu saat itu ?
Apik, Mba.
Sayang sekali aku gak bisa nulis seperti ini, gak berani bercerita. . . . 🙂
Sukses ngotesnya ya?
Kritik saranya tak tunggu lho…
Aku juga lagi belajar nulis FF …ternyata gak mudah jee…
•‧::‧• ♥♏ªƙªsίђ♥ •‧::‧• Doanya Mbak Idah 🙂
Vote for bunda Lies… dua jempol… Apik tenan.. 🙂
Selamat bercengkerama bersama keluarga.
Lagi belajar Pak…nulis fiksi malah susah ya ? Hehehe
Makasiih vote nya, jadi tersandung nih Pak 🙂
Salam buat keluarga tercinta..
aku doain supaya menang.
Amin…
Makassih doa dan kunjunganya yaaa 🙂
he he betul betul berani cerita.
oke kok mbak penempil karakter dg pemilihn nama yang pas ,”arini dan sam”.
moga menang GA Ya mbak lis
Mbak Miiiiiinnnnn, kutunggu kritik dan saranya lhoooo….tenin !!!
Iya •‧::‧• ♥♏ªƙªsίђ♥ •‧::‧• Doanya Mbak Min 🙂
Waah, saya belum juga menyelesaikan FF buat GA ini 😀
Ayooo…buruan keburu DL hehehe
Makassih kunjunganya ya 🙂
bikin ya rada panjangan dong
sapa tau dijadiin sinetron
Moh ah ! Aku ora iso Kang… 😛
ini ceritanya cuma fiksi apa berdasar cerita nyata ya mbak ?
Itu cuma fiksi Mbak…tapi ada beberapa bagian yg terinspirasi dari kehidupan nyata..
wow .. jadi kombinasi y ambak, keren, aku belum bisa mbak bikin cerita berdasar imajinasi, angel je 😛
Semoga menang ya mbak GA nya
Bener mbak, gak mudah ternyata menulis fiksi itu..
Makasih doanya Mbak El.. 🙂
uapik mba.
Ngomong2 mau ikutan cerita berantai ngga mba? Ngelatih bikin fiksi. 😀
Suwun yo !
Nulis fiksi jebul malah angel jee..
Di mana itu UTie ?
Pas 500 mbak? pas banget ya hehe, salam kenal, ceritanya bagus 🙂
Iya 500 pas gak susuk ! salam kenal kembali
Makasih yaa 🙂