Wah judul postinganya kayak sepenggal lirik awal sebuah lagu jadul milik Bang A. Rafiq yang di rilis ulang sebagai soundtrack film yang di bintangi sama Nirina Zubir…hehehehe. Enggak…aku enggak akan cerita soal lagu riang itu.
Tapi mau cerita soal pandangan pertamaku kepada seorang gadis kecil bermata bulat bening yang belakangan kuketahui bernama DENSEN. Yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama dan pandangan – pandangan berikutnya, karena kelucuan, celoteh cerdasnya, kebandelanya dan tingkah polahnya yang kunikmati hanya beberapa kejap saja.
Densen nama yang unik menurutku, seunik polah tingkahnya. Seunik wajah mungilnya, berkulit kuning bersih, cantik dengan mata bulat bening, hidung mancung dan berbibir merah jambu , cuma sayang terlihat kurang terawat dan tak terurus ditandai dengan rambutnya yang memerah dan memakai pakaian yang kelihatan banget seadanya dan kotor.
Perkenalan kami yang tak sengaja di sebuah angkot yang membawa kami pulang menuju rumah kami masing – masing, yang kebetulan satu arah.Pertama kali bertemu, aku cuma bisa memandanginya dari tempatku duduk di dalam angkot. Kulihat dia sangat hiperaktif, waduh hiper aja udah sangat ya, masih kutambahi lagi dengan kata sangat…kesan pertama yang kutangkap polahnya cukup heboh, usil, dan jahil banget untuk ukuran anak sekecil itu. Semua penumpang angkot menatapnya penuh amarah karena kenakalannya, sampai – sampai jari kecilnya terjepit dan terluka sobek cukup dalam. Melihat kejadian tersebut, dalam hati penumpang lainya mungkin berucap, sukurin salah sendiri nakal. Tapi aku begitu iba melihatnya dan mencoba menolong sekedarnya, dia cuma meringis menahan sakit, padahal aku yakin lukanya ini terlalu sakit untuk anak sekecil dia.
Ada rasa yang aneh, ketika lebih kuperhatikan lebih seksama, kenapa anak sehiperaktif itu, Ibunya yang berdandan cukup rapi dan modis terkesan tak peduli sama sekali, cuek saja anaknya berulah di dalam angkot apalagi ketika si anak jarinya terluka sobek kok ya, tetap santai, seolah tak terjadi apa – apa terhadap anaknya. Salahkah penilaianku dan penglihatanku kali ini ? Diam – diam aku berdoa dalam hati, semoga suatu saat nanti bisa berjumpa lagi dengan gadis kecil ini.
Dan ternyata Tuhan mengabulkan doaku, beberapa kali aku bersama lagi dalam satu angkot di jam – jam yang sama. Ternyata kuketahui, Ibunya berjualan sembako di pasar besar kota kami. Dan jam kepulanganya hampir bersamaan denganku. Di suatu kesempatan kuberanikan diri untuk berkenalan dengan gadis kecil yang membuatku jatuh cinta ini. Kusodorkan permen, dan kupangku dia, Tuhan memang Maha baik hati, gadis kecil inipun menurut saja ketika kupangku.
Ah, ternyata dia tak senakal yang kukira, dia dengan manis menjawab semua pertanyaan yang kuajukan kepadanya,
‘ Anak cantik ni, sapa ya namanya ?’
‘Densen !, jawabnya singkat !
‘ Umurnya berapa sih ?’
‘ Mmmm…empat tahun !’
‘ Wah udah sekolah PAUD dong !’
‘ Enggak…belum sekolah, Mama gak mau nganterin !’
Hek ! Aku terhenyak dengan jawabanya, sekilas kulihat mata Mamanya menatap tajam ke arahku, agak jiper juga sih, tapi cueklah demi gadis kecil ini. Tetap kupangku tanpa melanjutkan pertanyaan – pertanyaan yang lain, sampai ke tujuan. Dan tetap berdoa diam – diam, semoga lain waktu berjumpa lagi.
Dan lagi – lagi ada bintang jatuh yang mendengar doaku, aku bersama lagi dalam satu angkot. Kali ini Mamanyalah yang berubah seratus delapan puluh derajat sikapnya kepadaku, dia begitu ramah menyapaku, yang pada akhirnya, malah curhat segala kisah hidupnya yang pilu. Ternyata sejak dalam kandungan, Densen tak mengetahui siapa Papanya, karena laki – laki yang seharusnya di panggil Papa oleh Densen, lari tak bertanggung jawab atas perbuatanya. Tak bisa berbuat banyak mendengar cerita ini, kecuali rasa prihatinku yang kutunjukan dengan mendengarkan penuh seksama kalimat – kalimat yang terlontar bernada pilu itu.
Aku jadi sedikit bisa mengambil kesimpulan, kenapa ketika bertemu pertama kali itu, seorang Mama begitu tak pedulinya kepada buah hatinya, mungkin dalam alam bawah sadarnya telah terakumulasi rasa benci yang mendalam kepada penyebab hadirnya seorang anak. Dan ironisnya hanya kepada sang anaklah pelampiasan rasa benci dan dendam itu bisa tertuju,
Tapi salahkah sang anak ? Bukankah dia tak meminta untuk dilahirkan, dan seorang anak lahir itu adalah sebuah amanah yang suci yang mesti di jaga jiwa raganya sampai kelak nanti. Meskipun dengan jalan atau cara seburuk apapun si anak itu hadir di tengah kita. Ah Densen, andai boleh aku asuh sehari saja di hari Minggu, aku yakin gadis kecil ini bisa menjelma seperti Afiqa gadis kecil menggemaskan di iklan biskuit oreo..
Doaku untukmu semoga kelak menjadi anak yang selalu dilimpahi segala keberkahan, kebaikan dan keberuntungan, Amin.
“Pandangan Pertama Special Untuk Langkah Catatanku”
# Note : maaf gak bisa kusertakan foto gadis kecil itu, karena terus terang aku gak berani memotretnya, meski waktu itu aku ada kesempatan untuk memotret wajah cantiknya.
Ah, iya Mbak, rasanya gak adil juga kalau akhirnya Densen jadi tidak mendapatkan kasih sayang dari mamanya karena ‘alasan’ itu. :’)
Betul mas Teguh…sungguh sangat tidak adil.. !
Kasihan dansen, dia anak pinter yang harus selalu dimotifasi. Sayang, luka hati ibunya dibebankan pada anak sekecil itu. Semoga ibun sadar, biarlah masa lalu sebagai kenangan untuk esok yang penuh harapan.
Semoga saja Pak Lambang…masa lalu sebagai cambuk ke arah masa depan yg lebih baik.
Seharusnya begitu, wong nesu karo “bojone” kok anake yang dikorbankan. Ingat saya waktu marah sama mertua, selalu nendang kucing. Hehehe…..
Kasian tuh kucing jadi pelampian marah ya Pak…# meoooongggg…
Hehehe
Sukses buat GA nya mbak
Makasih Mbak Ely…
Seneng ngikut lomba2 nulis di blog, sebagai pembelajaranku untu menulis yg lebih baik dan di sukai 🙂
namanya keren “Densen”
jadi inget anak sendiri, waktu masih kecil sama hiperaktif…
moga menang GA-nya mbak Lis…
Iya keren dan unik ya Kang…
Anak hiperaktif biasanya cerdas ya..
Amin, semoga kita sama – sama menang 🙂 # nyuap pake duit daun ke mbak Idah Ceris hihihi
iya…..
katanya gitu mbak Lis, tapi tergantung juga seberapa besar keinginanya untuk belajar…
siph… #kira kira seberapa banyak daun buat nyuapnya mbak Lis ?#
betul juga sih, tergantung mau belajar atau tidak, tp kalo dasarnya cerdas mah tetep aja pinter Kang..
Paling daun sekarung diselipin uang receh juga hahaha
iya mbak Lis….
mbak Lis uang receh yg sekarung paketin ke sini aja ya hehehe
Densen, nama yang unik dan cantik. 😉
Jika kasusnya memang seperti itu memang sangat disayangkan ya, Mba Lis.
Anak lagi senang2nya, tapi kurang mendapatkan perhatian dari ibu.
Usia 4 tahun itu seharusnay sudah masuk PAUD ya, Mba.
Semoga Densen kelak menjadi pribadi yang tegar, solehah dan pintar. 😉
Terima kasih sudah ikut meramaikan syukuran GA Langkah Catatnku ya, Mba Lis. ^_*
Pas pertama dengar dia menyebut namanya, kesan yg kutangkap keren ih !
Amat sangat disayangkan, tapi bisa di mengerti kenapa bisa begitu, walo sikap Ibunya itu gak tepat.
Usia 4 tahun usia yg pas untuk masuk PAUD, dekat rumah ada Paud jadi suka banget memandangi kelucuan bocah2 mungil itu..di sekolahpun masih asik bobo an dan ngedot.
Amin.
Sama – sama Mbak, bisa meramaikanya syukuran si Biru nya hanya dengan seperti ini… 🙂
semoga luka hati ibunya segera pulih, terbuka hatinya bahwa densen adalah anugerah yang tak ternilai harganya dan selayaknya dirawat sebaik-baiknya
Amiinnnn
Semoga di waktu mendatang bisa ketemu lagi sama Densen dengan keadaan lebih baik..
😦 iya mbak, mungkin saja telah terakumulasi yang secara gak sadar jadi tercetus ke si anak 😦 sedih.
Semoga Densen bisa tumbuh dengan baik dan terus ceria ya mbak…
*ikutan berdoa*
Itu menurut kesimpulanku sendiri Ka…tapi mudah2an Ibunya segera sadar yaa..
Amin, semoga aku bisa berjumpa lagi dg Densen dgn keadaan yang lebih riang dan ceria seperti anak2 lainya.
kalau papanya densen tau anaknya se imut itu , pasti dia menyesal telah menyia2kan anak dan mama nya densen 😦
betul, ketika pertama kuliat aku malah berpikiran…nih anak kalo terawat sedikit saja bisa jadi bintang iklan kaliii…mukanya cakep banget..sayang aku takut motret dia.. 😦
Aih Foto profilnya baru ya Izz, keren deh gayanya..
klao gtu pasti ortu anak itu capek juga ya mbak lies ? 🙂
hehe maksih mbak…jadi malu nih 😳
Mungkin juga Izz..
Gak usah malu wajahmu cakep kok… 🙂
Densen keknya anak yang pintar ya mbak, semoga mamanya bisa sadar dan gak melampiaskan luka hatinya sama Densen ya…kasian dia..
Kukira juga begitu Mama Raja, mendengar celotehnya ..kliatan dia anak cerdas.
Amin. Semoga juga aku bertemu lagi dengan dia…
Ngbayangin anak kecil gk mendapatkan kasih sayang dan perhatian sepenuhnya itu rasanya menusuk hati *tsaaaahh* emmhh…kesian ya densen, semoga mamanya sadar ya mbak 🙂
Goodluck utk ga-nya ya 😉
Iyaaaaa, betul Mbak Idah…jadi inget anak sendiri kan…?
Semoga saja mBak… Amin.
Hallo mbak Lies .. apa kabar ? baik baik saja khan ? kok lama belum nulis lagi ?
Hai Mbak…iya nih..lagi buntu ide hehehe…juga lagi belum ‘dolan- dolan’ ke rumah Mbak Ely lagi…Insya Allah nanti malem wis tak main yaa… 🙂
Semoga sikap mamanya segera berubah sama densen.
Kasian y mbak.. 😦
Insya Allah Ta…
iya kasian sama Densen
# eh lama gak bersua ya Ta..
Iya Mbak, lamaaaaaa banget..
saya susah OL Mbak, kadang kewarnet kl mau post aja… pakai hp juga seadanya.. 🙂
One of? the best e-books regarding diets and? recipes.
I have been browsing on-line more than three hours today, but I by no means found any attention-grabbing article like yours. It is pretty value sufficient for me. In my opinion, if all web owners and bloggers made just right content material as you probably did, the internet might be a lot more useful than ever before.
Home Page